Pentingnya Tuntas Fitrah Seksualitas

Pentingnya tuntas fitrah seksualitas menjadi topik yang diangkat oleh ketiga tim yang berkolaborasi dalam rangka Coffe for Change ekosistem Ibu Pembaharu. Kami mendapuk dr. Dewi Inong, Sp., KK., FINSDV, FAADV. Dengan moderator dr. Fatkhauli Salviani, M. Kes, dari Tenderlove, Nurhasnah Hasan, Nurhilmiyah, Sri Tantri Sintia Indriati, Ika Damayanti dari Kaizen, dan Manda Ria dari Rumah Asa.

fitrah seksualitas
Sumber: Parenting Dream / Ilustrasi ketahanan keluarga


Mengapa Tuntas Fitrah Seksualitas Menjadi Sangat Penting untuk Dicapai?

Adapun fitrah seksualitas telah didapatkan materinya oleh Ipers di Kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional. Sehingga perlu mengingat dan mengamalkan ilmu yang diperoleh secara konsisten di keluarga masing-masing dan masyarakat sekitar.

Mendidik fitrah seksualitas adalah merawat, membangkitkan dan menumbuhkan fitrah sesuai gendernya. Dalam buku Fitrah Based Education (FBE), fitrah seksualitas adalah tentang bagaimana seseorang berpikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai lelaki sejati atau perempuan sejati. Inilah yang harus dipahami oleh ayah-bunda berikut anak-anaknya.[1]

Waspadai Liberalisme Zina

Liberalisme adalah pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai utama. Liberalisme ini terjadi di berbagai bidang seperti politik, sosial, seni dan budaya, dan ekonomi. Di bidang sosial, munculnya kebebasan berpendapat, kesamaan kesempatan dalam usaha, reformasi sosial, dan perasaan egaliter.

Termasuk kaum homoseksual dan lesbian atau populer disebut dengan LGBTQ (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, dan Questioning). Untuk istilah terakhir questioning, adalah kondisi seseorang yang mempertanyakan tentang jenis kelaminnya sendiri.

Hubungan seksual yang dilakukan di luar ikatan pernikahan adalah seks bebas. Sekarang sedang trending istilah FWB (Friends with Benefit), tak lain adalah melakukan seks bebas tanpa perasaan cinta. Bisa jadi terinspirasi dari film besutan Hollywood berjudul sama tahun 2011 silam. Hal ini sangat berisiko sebab dilakukan dengan bergonta-ganti pasangan yang rentan tertular penyakit menular seksual.

Dari segi HAM  (Hak Asasi Manusia), baik  pelaku maupun pendukung  LGBTQ harus  memahami secara    mendalam    hakikat    dari    HAM. Memahami  bahwa  semua  orang  juga  memiliki HAM  yang harus  dihormati.

Di  Indonesia,  baik  ditinjau  dari  perspektif  hukum,  agama,  dan  HAM, perilaku  LGBT  yang  menyukai  dan  berorientasi seksual    kepada    sesama    jenis    tidak    dapat dibenarkan.  Hal  itu  disebabkan  HAM  yang  selalu digadang-gadangkan dan dijadikan dalil pembenaran memiliki batasan undang-undang, norma agama, etika,  dan  budaya  masyarakat  setempat.  

Tepat jika HAM dijadikan alat untuk menuntut perlakuan yang adil, dan tidak tepat  jika dijadikan  alat memaksakan kehendak pembenaran terhadap perilaku seksual menyimpang di tengah-tengah masyarakat yang religius dan berbudaya heteroseksisme.[2]

Liberalisasi zina zaman sekarang begitu gencarnya. Pada tayangan TV Show ILC (Indonesia Lawyer's Club) yang dibawakan Karni Ilyas di kanal Youtube, dr. Inong dengan tegas mengungkapkan hasil penelitian dari genetician (ahli genetika) MIT (Massachusetts Institute of Technology) dan Harvard Medical School. Bahwa LGBT ternyata bukan gen bawaan lahir. 

Namun disebabkan faktor di bawah ini:
  • Pergaulan
  • Perilaku
  • Lingkungan
  • Budaya
  • Keluarga hancur (brokenhome)
  • Ayah "tiada" (hilangnya peran/sosok ayah dalam keluarga) fatherless country
  • Korban kejahatan seksual
  • Prostitusi/uang 
Perang proxy atau proxy war adalah sebuah konfrontasi antar dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung dengan alasan mengurangi risiko konflik langsung yang berisiko pada kehancuran fatal. 

Disebut juga perang modern, perang tanpa senjata. Salah satu dari sekian banyak caranya adalah dengan memecah belah dan menghancurkan generasi muda Indonesia melalui adu domba, korupsi, menyuap anggota dewan agar memuluskan peraturan perundang-undangan yang mendukung agenda proxy war, menyebarluaskan budaya asing, seperti gaya hidup seks bebas, narkoba, termasuk LGBTQ ini.[3] Agar generasi muda Indonesia berkualitas rendah, dan gagal menjadi pemimpin harapan bangsa.
 

Penyakit Akibat Perilaku Seksual Menyimpang

Bagi dokter dan tenaga kesehatan, akibat perilaku seksual menyimpang ini menjadi perhatian utama sebab menjadi salah satu yang menentukan sumber daya manusia Indonesia saat ini hingga ke masa depan. 

Negara terbesar kelima penyumbang LGBT adalah Indonesia menjadi setelah negara China, India, Eropa, dan Amerika. Indonesia memiliki populasi 3% LGBT. Dengan kata lain, dari 250 juta penduduk Indonesia, sekitar 7,5 juta adalah LGBT. Berarti dari 100 orang yang berkumpul di suatu tempat, 3 di antaranya memungkinkan mereka adalah LGBT.[4]

Berikut Infeksi Menular Seksual (IMS) Akibat Zina dan LGBTQ:

Gejala IMS ini berupa benjolan dan nanah, awalnya sering tanpa gejala. Menyebabkan kelainan penglihatan dan saraf, kemandulan, kanker serviks, hamil di luar kandungan, dan bayi cacat. Selain itu bisa terkena penyakit di bawah ini:
  • Klamidia, disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis.
  • Sifilis, atau penyakit raja singa yang disebabkan bakteri Treponema pallidum.
  • Gonore atau kencing bernanah, yang terjadi karena adanya infeksi dari bakteri Neisseria gonorrhoeae.
  • Infeksi jamur.
  • Kutil kelamin.
  • Herpes simplex, yang disebabkan oleh virus Herpes Simplex yang menyerang kulit, mukosa, dan saraf manusia.
  • Hepatitis B, yang ditandai dengan gejala, seperti kelelahan, mual muntah, sakit perut, demam, dan diare.
  • mudah tertular HIV/AIDS, terjadi akibat infeksi virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang merusak sistem kekebalan tubuh.[5]
Adapun perilaku hubungan zina yang dapat menularkan IMS adalah:
  1. kelamin - anal
  2. kelamin - kelamin
  3. kelamin - oral
  4. kelamin - alat
  5. kelamin - tangan
Homoseksual memiliki istilah lain yang sudah sejak tahun 1990-an dikenal oleh para pegiat isu HIV. (LSL) Lelaki Seks Lelaki  atau MSM (Men who have Sex with Men).

Data estimasi populasi resiko tinggi tahun 2016 yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI menunjukkan jumlah populasi LSL sebesar 754.310 orang secara nasional, memang jumlah yang tidak sedikit untuk sasaran program penanggulangan HIV. 

Angka tersebut bahkan lebih rendah jika dibandingkan jumlah estimasi tahun 2012 sebanyak 1.095.970. Beberapa pegiat isu Hak atas Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) bahkan mengklaim bahwa jumlah tersebut masih cenderung sedikit jika dibandingkan jumlah sebenarnya.[6]

HIV/AIDS sangat berbahaya karena belum ada obatnya, tidak ada gejala selama 3-10 tahun, OTG (Orang Tanpa Gejala) bisa menularkan, dan harus minum obat seumur hidup. HIV menyerang sel darah putih di dalam sistem kekebalan tubuh manusia. 

Sel-sel ini akan tetap terinfeksi selama sisa hidup mereka. Saat seseorang yang terinfeksi HIV tak mendapat pengobatan dan perawatan yang tepat, maka ia akan mengembangkan kondisi yang kemudian disebut AIDS.[7] Jadi penderita AIDS adalah penderita virus HIV yang tidak mendapatkan pengobatan.

Menggunakan kondom tidak bisa mencegah penularan IMS dan HIV-AIDS. Sebab kondom dibuat untuk alat kontrasepsi, Meski kondom dengan bahan dari lateks memiliki pori-pori sebesar 5 mikron atau setara dengan 0,00002 inci. Ukuran ini 10 kali lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran dari sperma.[8]  

Namun ternyata ukuran virus HIV lebih kecil dari pori-pori kondom, bisa menembus kondom. Sehingga bisa disimpulkan bahwa kondom bukan untuk pencegahan dan penularan HIV/ AIDS.

Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua untuk Buah Hatinya?


Keluarga adalah benteng utama pertahanan anak-anak dari gempuran bahaya dari luar. Sehebat apapun ancaman yang melanda jika benteng kokoh maka orang-orang di dalamnya tetap kuat dan sehat, jauh dari zina, dan penyakit akibat perilaku seksual yang menyimpang seperti LGBTQ.

Alquran telah memberikan prinsip dalam berkeluarga, yaitu di  dalam surah At Tahrim ayat (6), yang terjemahannya sebagai berikut,

Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Para orang tua menjaga anggota keluarganya terlebih dahulu, baru berusaha berdakwah ke orang lain. Karena tugas para ayah bunda amat sangat banyak, untuk melindungi anak-anaknya dari pengaruh buruk akhir zaman, termasuk LGBTQ ini.

ketahanan keluarga
Pentingnya menjaga komunikasi dengan anak-anak

Berikut panduan yang dapat diikuti ayah dan bunda di rumah untuk diterapkan bersama anandanya:

  1. Meluruskan terlebih dahulu tujuan berkeluarga, yaitu untuk mencari rida Allah, berkumpul bersama di surga nanti.
  2. Mari kita didik anak kita agar memiliki iman dan imun dengan mengenali dampak buruk dari zina dan LGBTQ. Caranya dengan menuntaskan fitrah seksualitas, anak laki-laki harus dekat dengan ayahnya, anak perempuan harus dekat dengan ibunya di fase pra-aqil baligh ( usia anak 7- 10 tahun) dalam persiapan menuju fase akil baligh. Perlu ketahanan keluarga agar anak imun. Memberikan pemahaman fitrah seksual pada anak itu agar imun bukan steril.
  3. Remaja dipahamkan tentang pacaran. Namun dengan cara yang dapat diterima oleh anak seusianya. Remaja boleh naksir kepada lawan jenis, karena itu adalah fitrahnya pada fase aqil baligh. Yang tidak boleh adalah pacaran karena perbuatan mendekati zina. Untuk proses lebih lanjut ketika dia mencapai usia matang dan dewasa siap menikah. Maka lakukanlah proses ta'aruf sebagaimana yang diajarkan syariat Islam.
  4. Sosok ayah harus ada di sisi anaknya. Remaja yang kecanduan narkoba itu salah satu penyebabnya karena rindu sosok ayah. Anak laki-laki itu perlu dekat dengan ayahnya, agar lebih terbuka berkomunikasi dengan ayah. Ayah itu pembuat konsep, ibu pelaksana konsep. Jika ayah tiada karena wafat atau LDR, maka upayakan ada sosok ayah pengganti, bisa paman atau ustaz yang dipercaya bisa mengarahkan anak ke jalan yang benar.
  5. Jika anak ingin curhat meluapkan perasaannya entah itu marah, sedih atau gembira, afirmasi perasaannya, jangan lantas menasehati. Biarkan anak menjadikan orang tua sebagai sahabat terbaiknya. Mendidik dengan cinta dengan menanyakan perasaan anak, peluk, dengarkan.
  6. Buat family forum, kumpul keluarga seminggu sekali tanpa gawai sama sekali. Ungkapkan bahwa dalam hidup ini ada peraturan dari Allah SWT, peraturan dari pemerintah, dari sekolah, dan dari orang tua yang harus ditaati anak. Misalnya jam tidur, pukul 10 malam wifi dihentikan, gadget (PC/laptop, HP) dimatikan, dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam lemari, dikunci. Seluruh anggota keluarga mematuhi jam tidur dengan disiplin, sembari menunjukkan manfaat tidur teratur. Biasanya anak bangun untuk salat malam dan belajar, boleh mendengarkan musik kesukaannya sambil mengerjakan PR.
  7. Alokasikan waktu khusus untuk tiap anak, satu anak satu waktu dalam seminggu sekali. Jika memiliki 4 anak maka dalam sebulan masing-masing anak mendapatkan jatah nge-date dengan ayah/bundanya. Hal ini penting untuk mengetahui perkembangan pemikiran, perasaan dan menyampaikan parenting yang baik-baik untuk anak.
  8. Ayah bunda harus satu suara, kompak, dan tidak bertengkar di depan anak. Karena jika memperlihatkan hal yang demikian, memberikan perasaan insecure pada anak yang dapat memengaruhi kepercayaan diri dan prestasinya di sekolah. Termasuk ayah dan bunda jangan saling menjelekkan satu sama lain di depan anaknya.
  9. Anak usia 2 tahun sudah bisa tidur di kamar lain, agar memberikan waktu berdua ayah dan bunda. Kuantitas dan kualitas berhubungan suami-istri secara teratur bagi orang tua memberikan sederetan dampak positif bagi harmonisnya rumah tangga, emosi, dan sikap orang tua terhadap anak.
  10. Kesehatan bukan segalanya tetapi tanpa kesehatan segalanya tiada berarti. Keluarga harus sehat agar semuanya bisa belajar, berkarya, dan bekerja dengan baik.


Kesimpulan

Pentingnya tuntas fitrah seksualitas harus diimplementasikan para orang tua dengan terus belajar dan menerapkannya pada keluarga. Membentengi putra-putri dari gempuran pengaruh buruk zina dan LGBTQ dengan iman, imun, dan ketahanan keluarga. 

Meningkatkan frekuensi berkomunikasi bersama anak satu per satu secara rutin, pelajari cara menyampaikan hal-hal baik dengan bahasa yang dapat diterima anak, dan mencintai anak lillahi ta'ala, bersama-sama mencari keridaan Allah, insyaallah sekeluarga berkumpul lagi di jannah-Nya. Aamiin Allahumma aamiin.

Demikian artikel blog kali ini, jika ada yang ingin didiskusikan boleh meninggalkan pendapat di kolom komentar ya, teman-teman. Semoga bermanfaat.


Salam dari Tim Kaizen


(Penulis: Nurhilmiyah)

Referensi:

[1] https://institutibuprofesional.com/apresiasi-bunsay-5-level-11-mendidik-fitrah-seksualitas/

[2] Roby Yansyah, Rahayu, Globalisasi Lesbian,Gay, Biseksual, Dantransgender (LGBT):Perspektif HAM Dan Agama Dalam Lingkup Hukum Di Indonesia, Jurnal Law Reform, Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018, Program Studi Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro.

[3] https://www.kemhan.go.id/badiklat/wp-content/uploads/2021/06/tmp_23263-HANJAR-PROXY-WAR-1197984620.pdf

[4] Hasnah, Sattu Alang, Lesbian, Gay, Biseksual Dan Transgender (LGBT)) Versus Kesehatan: Studi Etnografi, Jurnal Kesehatan, Vol 12 No 1 Tahun 2019, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

[5] https://www.suara.com/lifestyle/2020/10/31/140156/apa-itu-seks-bebas-ketahui-penyebab-dan-dampak-buruknya#:~:text=Dampak%20Seks%20Bebas&text=Klamidia%2C%20disebabkan%20oleh%20bakteri%20Chlamydia,Infeksi%20jamur.Notulensi webinar Coffe for Change Pentingnya Tuntas Fitrah Seksualitas, 19 Juni 2022.

[6] Iman Abdurrakhman, Pergeseran Makna Terminologi Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL), https://pph.atmajaya.ac.id/berita/artikel/pergeseran-makna-terminologi-lelaki-seks-dengan-lelaki-lsl/

[7] dr. Verury Verona Handayani, Penjelasan Perbedaan Mendasar dari HIV dan AIDS, https://www.halodoc.com/artikel/penjelasan-perbedaan-mendasar-dari-hiv-dan-aids

[8] dr. Rizal Fadli, Seberapa Efektif Penggunaan Kondom untuk Mencegah HIV?https://www.halodoc.com/artikel/seberapa-efektif-penggunaan-kondom-untuk-mencegah-hiv

Disarikan dari notulensi dan video Zoom webinar Coffe for Change Pentingnya Tuntas Fitrah Seksualitas, 19 Juni 2022.

Post a Comment