Cerdas berkomunikasi dalam keluarga - Mengapa kita perlu cerdas berkomunikasi di dalam keluarga? Pertanyaan ini pasti menggelayut di dalam benak masing-masing orang yang concern pada komunikasi keluarga.
Di artikel sebelumnya penulis telah memaparkan tentang alasan pentingnya mempelajari dan menerapkan komunikasi produktif di dalam keluarga. Salah satunya adalah agar orang tua dapat memasuki pintu ke dunia anak, sehingga tidak dilabeli orang tua yang "nggak nyambung" menciptakan jarak dan menjadi penghalang komunikasi antara orang tua dan anak.
Menurut dr. Aisah Dahlan yang juga familier disapa Ustazah Aisah Dahlan, ketidaktahuan orang tua mengenai ilmu berkomunikasi dengan putra-putrinya bisa menutup peluang berkomunikasi dengan mereka.
Tentu saja kondisi ini membawa dampak yang tidak diinginkan seperti tidak tersampaikannya nasihat ayah dan ibu kepada anak, tidak harmonisnya suasana di rumah, kaku, mudah tersinggung, gampang tersulut emosi, yang ujung-ujungnya membuat anak tidak nyaman lagi berada di "tempat kembali"-nya.
Ya, rumah adalah tempat berlabuhnya semua anggota keluarga, setelah lelah berjibaku menjalankan rutinitas keseharian, rumah tempat melepas lelah dan me-recharge fisik dan psikis orang serumah.
Cerdas Berkomunikasi dalam Keluarga
Cerdas menurut KBBI adalah sempurna perkembangan akal budi, tajam pikiran, sehat, dan kuat, cepat dan tepat. Cerdas berkomunikasi bisa diartikan tepat memilih cara mengadakan komunikasi dalam keluarga, khususnya antara orang tua khususnya ibu kepada anaknya.
Apakah ada komunikasi yang tidak cerdas? Bisa disimpulkan ada, sebab kegagalan dalam pengiriman dan penerimaan pesan sehingga maksud tersampaikan dengan baik, banyak sekali. Terjadinya miskomunikasi, salah persepsi, dan macetnya komunikasi sehingga hubungan ibu dan anak menjadi disharmonis.
Lantas bagaimana cerdas berkomunikasi dalam keluarga, berikut ulasannya:
1. Senyum
Usahakan memperbanyak senyuman pada seluruh anggota keluarga seperti suami dan anak-anak. Pada teman saja terkadang kita murah senyum eh kepada anak sendiri kok irit ya ngasih senyuman.
Padahal jelas dalam tuntunan Islam, "tabassumuka fi wajhi akhiika laka shodaqoh" (senyummu di hadapan saudaramu bernilai sedekah). HR. Tirmidzi. Hmm, sedekah paling ringan adalah sedekah, tinggal mengembangkan bibir 7 senti maka yang melihat akan merasa senang.
Apalagi kepada anak yang dilahirkan dari rahim bunda sendiri, harusnya sesering mungkin kita perlihatkan senyuman terindah ke mereka ya. Panduannya, senyumlah selama 7 detik agar hormon Dopamin yang memberikan perasaan baik, dapat muncul dengan optimal. Kalau hanya 2 detik senyum bunda juga nanggung kan... Maka maksimalkan waktu tersenyum tujuh detik ke anak.
Senyum adalah bahasa yang universal, kata Charles Darwin. Semisal bunda sedang sibuk melakukan suatu aktivitas dan belum sempat menghampiri anak, maka tersenyum dulu, 7 detik, anak akan menerimanya sebagai pesan yang positif karena semua orang di dunia termasuk ananda tercinta, menilai senyuman adalah hal yang baik.
2. Kenali karakteristik anak
Anak laki-laki dan anak perempuan berbeda didesain Allah SWT. Baik dari segi lahiriahnya maupun batiniah, bahkan dari aspek struktur otak, laki-laki dan perempuan diciptakan berbeda. Bukan untuk saling bersaing tetapi untuk saling melengkapi.
Meski seayah dan seibu, anak-anak tidaklah sama satu dengan lainnya. Sebagai seorang ibu kenali karakteristik anak beserta cara mendekatinya. Jika kepada anak lelaki, sebaiknya bunda tidak mengajaknya berkomunikasi saat sedang lapar atau lelah.
Biarkan anak makan dulu atau tidur untuk memulihkan energinya. Nanti juga dia akan menyapa bunda ketika sudah kenyang atau segar kembali. Terkadang bunda yang tidak sabar sehingga ingin menyampaikan pesan penting yang sudah mengganjal dalam benak.
Untuk anak perempuan jika sudah baligh, ketahui siklus haidnya. Jangan menegurnya untuk suatu kesalahan pada 2 hari sebelum menstruasi hingga hari ke-5. Bicaralah dari hati ke hati dengannya pada masa subur, yaitu 10-14 hari setelah datang bulan.
Di saat masa suburnya tiba, anak perempuan akan lebih mudah menyerap perkataan bunda, dan ia menjadi anak yang penurut dan mudah menerima nasihat orang tuanya. Jadi kenali karakteristik dan waktu berkomunikasinya.
3. Sampaikan yang bunda mau, bukan yang bunda tidak mau
Kesalahan orang tua biasanya pada penyampaian kalimat ke anak. "Bunda gak suka kamu main gawai terus, Nak!" Kalimat yang digunakan adalah kalimat negatif yaitu tidak suka. Semestinya yang digunakan adalah kalimat positif.
"Bunda suka deh lihat kamu baca buku, Nak." Dengan demikian anak merasa dirinya tidak sedang dipojokkan namun diharapkan menjadi anak yang menyukai kegiatan membaca buku.
Gara-gara orang tua salah memberikan pesan, anak menjauh dan semakin tidak bisa dikendalikan. Semoga kita mampu mengontrol kata-kata yang keluar dari mulut untuk anak tercinta ya.
|
Komunikasi yang dilakukan dengan cerdas antara orang tua dan anak-anaknya akan mendatangkan keharmonisan keluarga |
Kesimpulan
Cerdas berkomunikasi dalam keluarga ada 3 (tiga) cara, yang pertama memperbanyak senyuman, kedua, kenali karakteristik dan waktu yang tepat berkomunikasi dengan anak, dan yang terakhir adalah sampaikanlah yang bunda mau, bukan yang bunda tidak mau.
Demikian sharing artikel kali ini, mudah-mudahan dapat kita terapkan di keluarga masing-masing ya, agar kita cerdas berkomunikasi dalam keluarga.
Salam komunikasi produktif keluarga!
Referensi:
Youtube Aisah Dahlan
https://yufidia.com/4529-serial-hadits-pendek-sedekah-paling-ringan.html
https://www.halodoc.com/artikel/mengenal-4-jenis-hormon-untuk-mental-yang-sehat
Posting Komentar