Alasan Kami Mendalami Isu Komunikasi Pada Anak

 


ALASAN KAMI

MENDALAMI ISU

KOMUNIKASI PADA ANAK

Assalamu'alaikum, Bunda semua... semoga selalu sehat di manapun berada ya. Bertemu lagi di artikel kami, Tim Kaizen yang concern mempelajari dan mendiskusikan tentang komunikasi produktif kepada anak digital native.

KENAPA ISU KOMUNIKASI PADA ANAK SANGAT PENTING UNTUK DIDALAMI?

Mari kita baca terjemahan kalimat bijak yang menjadi foto ilustrasi artikel ini. "Kurangnya komunikasi merusak segalanya, karena alih-alih mengetahui perasaan orang lain, kita hanya berasumsi."

Jika dikaitkan dengan fokus bidang ini adalah komunikasi pada anak digital native, maka bisa diurai terlebih dahulu, mengapa terjadi kondisi kurangnya komunikasi dengan anak, khususnya para generasi emas di tahun 2045, yang sedang dibesarkan di rumah-rumah kita.

Komunikasi yang kontraproduktif dapat terjadi baik karena salah satu pihak, maupun keduanya. Karena komunikasi pastinya melibatkan antara orang tua dan anak.

Dari sisi ayah bunda:

  1. Kesibukan orang tua; Berdasarkan hasil penelitian di masa pandemi Covid-19 ini, menunjukkan bahwa peran orang tua dalam mendampingi anak, jauh dari harapan. Faktor penyebabnya adalah kesibukan bekerja, mengerjakan kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan anak.

  2. Tidak menguasai seni berkomunikasi dengan anak; Komunikasi adalah ilmu sekaligus seni, sebab komunikasi menuntut keahlian dan kecerdasan dalam merancang, mengemas, dan menyampaikan pesan secara bernas dan cerdas.

  3. Niat dan ikhtiar untuk memperbaiki keadaan masih kurang; Separuh keberhasilan suatu upaya adalah niat. Jika niat belum sekokoh baja atau setegar karang di tepi pantai, maka jangan harap ketrampilan mendekati anak digital native dengan komunikasi produktif, akan dapat dimiliki. Sebaiknya orang tua berusaha meraih seni berkomunikasi. Bisa lewat majelis ilmu, sharing session dengan praktisi, membaca artikel tentang bidang ini, dan sederetan cara lainnya.

Sementara itu di sisi lain, kurangnya komunikasi ini juga muncul dari anak kita sendiri.

Dari sisi anak:

  1. Adanya anggapan bahwa orang tua "nggak nyambung" bila diajak bicara. Padahal anak belum membuka diri sepenuhnya, sehingga muncul rasa malas ngomong. Orang tua dan anak lahir dan hidup di zaman yang berbeda. Dan yang menyatukan keduanya adalah masa sekarang. Fokus membicarakan hal yang terjadi saat ini jauh lebih produktif.

  2. Banyak PR dari sekolah sehingga anak ingin dimengerti lebih banyak. Pembelajaran tatap muka yang mulai diberlakukan plus tugas-tugas sekolah yang tidak sedikit, membuat anak merasa harus dimengerti oleh ayah bundanya. Tanpa harus menyampaikannya. Faktanya, orang tua hanya melihat anak sedang rebahan. Tidak menyaksikan bahwa pada malam harinya anak begadang demi menuntaskan PR. Mestinya hal ini dikomunikasikan dengan orang tua, agar tahu dan memaklumi kondisi anak.

  3. Adanya kekhawatiran akan disalahkan. Anak memilih diam seribu bahasa sehingga mengakibatkan kurang komunikasi dengan orang tua, bisa jadi karena ia berasumsi sendiri ayah/bunda bakal marah, ia takut disalahkan. Misalnya, telanjur menghabiskan uang jajan seminggu dalam satu hari. Anak memahami bahwa tindakannya salah, namun gentar menghadapi pertanyaan orang tua. Mestinya hal ini tidak perlu terjadi, sebab ada semacam garansi dari ayah bunda bahwa berkata jujur (meskipun pahit), lebih baik daripada menutupi masalah.

Masih banyak hal menarik yang bisa didiskusikan dengan mengeksplor gaya komunikasi orang tua dengan anak, khususnya anak-anak digital native generasi Alpha, yang akan memegang tampuk kepemimpinan Indonesia di masa depan.

Kesimpulan

Inilah salah satu alasan kami kenapa mendalami isu komunikasi pada anak. Hal yang tak habis-habisnya untuk dibicarakan. Terutama untuk diterapkan pada anak-anak generasi emas di dalam rumah sendiri.

Syukur-syukur bila langkah kecil kami ini dapat pula menginspirasi dan memecahkan persoalan komunikasi orang tua lainnya dengan anak-anak mereka.

Sampai jumpa lagi di artikel berikutnya ya...
Wassalamu'alaikum, W.W.

#KomunikasProduktifKeluargaAdaptif

(mi)

Referensi:

https://bdkpalembang.kemenag.go.id/upload/files/Web%20MIskiah%2020.pdf

https://perpustakaan.kasn.go.id/index.php?p=show_detail&id=220&keywords=

Post a Comment