7 Tips melakukan komunikasi produktif bersama anak digital native

Halo Ayah Bunda.

Persoalan komunikasi tidak pernah selesai menjadi topik pembahasan. Komunikasi merupakan sarana yang selalu digunakan oleh siapa saja, bahkan seorang bayi sekalipun dari mulai bangun tidur hingga tidur lagi. Komunikasi tidak hanya dihasilkan oleh manusia, peralatan teknologi seperti media juga menghasilkan komunikasi yang banyak memberi pengaruh hajat hidup manusia akhir-akhir ini.

Sebegitu lekatnya kehidupan dengan komunikasi, maka sudah selayaknya masalah komunikasi menjadi salah satu concern oleh siapa saja. Baik buruknya atmosfer sebuah ruang, sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan berkomunikasi dari pengguna serta media uang berada di ruang tersebut.

Pandemi covid-19 yang masih berlangsung hingga kini,  yang menyebabkan aktifitas masih banyak dilakukan di rumah. Seringnya berkumpul dengan keluarga di rumah tentu menjadi peluang bagi para keluarga menilai atau instrospeksi sejauh mana kualitas komunikasi yang terjalin selama ini. Apakah dengan seringnya bersama anggota keluarga membuat hubungan makin harmoni atau sebaliknya. Jika yang terjadi adalah yang sebaliknya, maka perlu mengecek akar masalahnya. Boleh jadi salah satu sebab hubungan yang kurang harmoni adalah kemampuan berkomunikasi.


Nah, berikut saya tuliskan 7 tips bagaimana melakukan komunikasi produktif bersama anak di rumah :

1. Perlakukan anak secara hormat

Ketika ingin meminta bantuan anak, datangilah sang anak hindari memanggil dengan cara berteriak dari kejauhan. Lihat kondisi anak, apakah sedang memungkinkan dimintai bantuannya. Kalau iyah, katakan secara lembut permintaan Ayah atau Bunda.

2. Mengakui eksistensi diri anak

Bagaimana pun kondisi dan apa pun pencapaian anak terima dirinya dengan apa adanya. Perlakukan diri anak sebagai manusia biasa yang memiliki rasa senang, sedih, semangat, malas dan seterusnya. Memberi perhatian pada perasaan, kebutuhan anak jauh lebih utama daripada menuntut banyak pencapaian yang harus diraihnya. 

3. Perbanyak ngobrol

Semakin sering ngobrol atau diskusi dengan anak, ikatan emosi semakin meningkat. Hubungan dengan anak semakin baik. Ketika hubungan sudah baik maka mudah bagi orang tua menanamkan value-value yang perlu dijalankan oleh anak. Pikiran atau akalnya semakin berkembang. Menjadi teman diskusi yang asik bagi mereka dapat menghindarkan anak terjerumus dalam pergaulan yang tidak baik. Orang tua jadi paham seperti apa dunia mereka, pada bagian mana yang butuh pengontrolan dan sebaliknya. Anak senang jika orang tua mampu memahami dan mengikuti selera anak selama hal tersebut masih sejalan dengan value keluarga. Jika tidak, hal tersebut menjadi bahan obrolan. Berikan pandangan Ayah/Bunda, ajak mereka melakukan pertimbangan baik-buruknya suatu hal atau trend dengan cara asik. 

4. Melatih berfikir kritis

Membiasakan anak berpikir aktif, misalnya ketika anak mengerjakan tugas dari sekolah, atau sedang mengalami masalah, orang tua jangan terburu-buru menyelesaikan persoalannya. Ajukan pertanyaan sebagai direction untuk memancing ide penyelesaian dari anak. Mengajak anak berpikir bagaimana mengambil tindakan terhadap suatu hal. Untuk melatih hal ini, orang tua perlu memiliki keterampilan bertanya. Tepat dalam pemilihan kata dan melihat situasi agar anak tidak merasa sedang didikte. Pada bagian dimana anak benar-benar kesulitan menyelesaikannya, contohkan cara mengerjakannya kemudian dilanjutkan oleh anak bila sudah paham. Sabar ketika mendampingi anak karena terkadang anak mulai putus asa atau bosan. Terima keadaan tersebut, boleh break sejenak, isi dengan kegiatan yang menyenangkan. Jika sudah semangat, baru lanjutkan kembali kegiatannya. 

5. Menjadi pendengar aktif

Ketika anak mendatangi orang tua dan ingin bercerita, maka hentikan kegiatan apa pun saat itu, termasuk letakkan dulu ponsel dari tangan. Jika ada yang harus dikerjakan oleh orang tua dan tidak mungkin ditunda, maka mintalah waktu 5 -10 menit untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Jika waktu tersebut tidak cukup, maka dengarkan sebentar apa yang disampaikan oleh anak lalu apresiasi sudah memilih bercerita, nanti jam sekian kita lanjutkan obrolan. Tanyakan persetujuannya terlebih dahulu.

6. Terapkan pola "Ya dan.."

Mendapat komplain dari anak dengan nada emosi, bagaimana sebaiknya respon orang tua? Pertama yang perlu dilakukan, pahami mood anak saat itu sebagai pangkal emosi yang terlihat darinya. Cukup katakan Ya, kamu benar. Mama sangat sibuk akhir-akhir ini dan itu membuat kamu merasa tidak diperhatikan. Maaf ya nak, selesai pekerjaan ini kita bisa berlibur! (misalnya). Mendengar ucapan ini, perasaan anak lebih tenang bahkan mungkin menawarkan diri membuatkan secangkir teh atau lainnya. 

7. Gunakan kata pamungkas "Maaf" dan "Terima Kasih"

Kedua kata ini sudah berlaku di belahan bumi mana pun. Mengucapkan kata tersebut secara tulus dan sungguh-sungguh, tidak sambil lalu atau sambil mengerjakan hal lain. Memyampaikan kedua kata tersebut sambil memandang anak atau memeluknya. Perlakuan ini membuat perasaan anak lebih tentram. Perlu diingat rasa tentram mampu menggerakkan manusia termasuk anak menjadi lebih semangat dan produktif.

Nah itulah 7 tips bagaimana melakukan komunikasi produktif bersama anak di rumah. Tentunya masih banyak cara yang belum saya tuliskan. Silahkan pembaca menambahkan sesuai pengalaman masing-masing pada kolom komentar.



Tangsel, 06 Januari 2022

Nurhasnah

Post a Comment