Digital Parenting Untuk Digital Native

Assalamu'alaikum Bunda semua, ketemu lagi di artikel kami kali ini ya. Pekan ini kita akan membahas tentang Digital Parenting untuk Digital Native. Kalau pengertian digital native sudah pernah dituliskan ya di artikel yang lalu. Yaitu generasi yang lahir dan tumbuh berkembang dalam dunia digital, di mana mereka berinteraksi secara teratur dengan teknologi sejak usia dini. Nah, sekarang kita mendiskusikan tentang digital parenting.

Apa Itu Digital Parenting

Digital parenting adalah pola pengasuhan anak yang mempertimbangkan interaksi anak dengan perangkat digital. Itu definisi Tim Kaizen ya, berdasarkan sumber bacaan yang ditelusuri. Ada pula yang mengartikan digital parenting adalah merupakan pola pengasuhan anak yang disesuaikan dengan kebiasaan anak yang begitu akrab dengan perangkat digital.

Kurang lebih sama ya, dua pengertian di atas. Intinya pola pengasuhan orang tua di zaman sekarang tidak bisa memisahkan begitu saja anak dengan gawainya. Hal ini merupakan suatu tantangan yang harus ditaklukkan agar anak tetap berada di koridor yang benar.

digital parenting


Bencana Abad Ini

Jika orang tua tidak belajar tentang hal-hal terkait interaksi anak dengan dunia digitalnya, bisa jadi beberapa hal di bawah ini akan terjadi, yang bisa dikatakan menjadi suatu bencana abad ini, Hiyy...serem!

1. Kecanduan gadget

Ketika anak tampak rewel, marah, dan gelisah saat gadgetnya diambil dari tangannya. Hati-hati, Bun, kemungkinan anak yang kita cintai telah ketergantungan atau kecanduan gadget. Efek negatifnya bisa merambat ke masalah kesehatan fisik, berupa kurang tidur. gangguan pada mata, obesitas, dan masalah mental. 

Pernah nonton film animasi Wall E yang dirilis 2008 silam? Nah, diceritakan di planet tempat manusia pindah dari bumi akibat bumi ketutupan sampah, kondisi manusia mengalami obesitas semua. Tiap hari makanannya junk food, pekerjaannya hanya menonton televisi saja di kursi sambil malas-malasan. Begitulah keadaan orang yang kecanduan gadget ya, amat sangat tidak sehat.

2. Terjerat pornografi

Bencana abad ini bagi anak digital native jika tidak dikontrol oleh digital parenting adalah terjebak pornografi. Pornografi memberikan dampak merusak yang sangat signifikan bagi otak, tumbuh kembag, dan mental anak. Psikolog Elly Risman menganalogikan kerusakan otak karena benturan akibat kecelakaan mobil, sama bahkan lebih tinggi akibat otak anak terpapar pornografi.

3. Kenakalan remaja

Anak digital native yang tidak diasuh dengan tepat, dapat terpengaruh melakukan berbagai kenakalan remaja seperti tawuran, mengendarai sepeda motor secara ugal-ugalan, ikut geng motor, dan tanpa SIM pula, pergi dari rumah tanpa pamit, dan mencuri harta benda orang tua atau tetangga.

4. Terjebak pergaulan bebas

Efek dari menonton tayangan bermuatan pornografi, seringkali anak menjadi penasaran dan akhirnya melakukan hubungan seksual di luar nikah. Jika sudah melakukannya berulang kali maka penyakit menular seksual pun menghampiri, akhirnya anak gagal meraih masa depannya yang cerah, menutup kesempatannya untuk duduk di bangku pendidikan yang lebih tinggi karena fokus pada pengobatan penyakit kelamin.

5. Berperilaku impulsif dan agresif

Anak yang tidak tidak medapatkan pengasuhan yang benar akan berperilaku impulsif dan agresif. Lawan dari impulsif adalah kompulsif. Jika impulsif perilaku yang terencana, tidak semata berdasarkan insting, maka kompulsif kebalikannya. 

Sementara agresif berarti suatu perilaku yang secara sengaja bermaksud untuk melukai atau menyakiti orang lain baik secara fisik maupun secara verbal. Perilaku ini sering dikaitkan pada sikap anak-anak pada usia perkembangan yang cenderung melakukan apapun yang dia inginkan meskipun harus mengejek atau menyakiti anak lain.

Apa yang Mesti Dilakukan dalam Digital Parenting?

Menurut Yulia Palupi, penulis artikel di repository Universitas PGRI Yogyakarta,  Digital parenting atau pengasuhan digital dillakukan dengan memberikan batasan yang jelas kepada anak tentang hal-hal yang boleh maupun yang tidak boleh dilakukan pada saat menggunakan perangkat digital. Adapun yang harus dilakukan orang tua terhadap anak adalah controlling.

Controlling atau pengendalian ini bisa masuk ke anak digital native dengan jalan komunikasi produktif. Digital parenting membangun komunikasi yang efektif dan intens bersama anak digital native. Mengenai tips melakukan komunikasi dengan anak digital native, bisa Bunda baca di sini ya.

Demikian artikel kali ini, mudah-mudahan ada manfaatnya, mari terus bersemangat menjalin komunikasi bersama anak-anak kita di rumah ya, Bunda...

Salam hangat,
Tim Kaizen

Referensi: 

http://repository.upy.ac.id/373/
https://komunikasiproduktifkeluarga.blogspot.com/2021/12/mengapa-komunikasi-pada-anak-digital.html
https://kumparan.com/kumparanmom/digital-parenting-apa-dan-bagaimana-menerapkannya
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/arti-agresif.html
https://www.halodoc.com/artikel/si-kecil-kecanduan-gadget-ini-dampaknya


Post a Comment