MENGAPA KOMUNIKASI PRODUKTIF PENTING UNTUK DITERAPKAN
Berkomunikasi adalah salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk sosial. Saling berinteraksi, bertukar kata, berkirim pesan secara langsung merupakan bagian dari sosialisasi.
Tak jarang muncul hambatan dalam berkomunikasi, khususnya antara orang tua dan anak. Sehingga menimbulkan selisih paham, miskomunikasi, ketegangan, bahkan sampai tahap frustrasi.
Padahal, yang namanya anak masih sangat membutuhkan pengayoman dan bimbingan dari orang tuanya. Sekat-sekat penghalang komunikasi menjadi pembatas antara keduanya.
Di sisi lain, orang tua pun perlu mengetahui pola pikir, perasaan, dan kecenderungan anaknya. Agar tepat memberikan nasehat dan saran demi kebaikan si anak.
Tentunya orang tua tidak menginginkan buah hati kesayangannya malah lebih terbuka dengan teman untuk hal-hal penting, ketimbang dengan ibu yang melahirkan.
Maka agar tidak terjadi sesuatu yang di luar kontrol dan kadung sulit dikendalikan, suka tidak suka orang tua wajib menerapkan komunikasi produktif pada anak.
Sebelum melakukan komunikasi produktif dengan benar, orang tua, (apalagi jika ibunya, Ipers), mempelajari kembali kaidah-kaidah komunikasi produktif sebagaimana yang pernah diajarkan Ibu Septi Peni Wulandani di Kelas Bunda Sayang.
Penyebab Anak Malas Ngomong Jujur Ke Orang Tuanya
Sebagai orang tua yang ingin memahami anak, semestinya tak henti mencari tahu, penyebab anak malas ngomong jujur padanya. Sebaiknya tidak menggampangkan hal ini. Namun juga tidak sampai berlebihan menyikapinya.
Sebenarnya sesuai fitrah anak, mereka itu pada dasarnya jujur. Berkata apa adanya sesuai kenyataan yang dialami. Namun ada kalanya mereka punya kesulitan tersendiri sehingga malas ngomong jujur pada orang tuanya.
Berikut beberapa hal yang menyebabkan anak malas ngomong jujur ke orang tuanya, antara lain:
Takut dimarahi
Berdasarkan bincang-bincang dengan anak sendiri, saya bertanya, mengapa kadang-kadang anak malas berterus terang pada ibunya.
Anak saya menjawab, dia pernah tidak sengaja memecahkan mug, kebetulan mug itu memiliki kenangan khusus. Dia tahu betul jika mengakui bahwa pelakunya adalah dirinya, takut saya marahi.
Padahal dalam kaidah 7:38:55 dari Albert Mehrabian, 7% diksi yang digunakan, 38% intonasi suara, dan 55% gestur tubuh saat menyampaikan pesan.
Maka jika anak dan ibu sama-sama memahami kaidah komunikasi produktif ini, persoalan gelas pecah, anak malas ngomong jujur dan ibu marah, tidak sehoror yang dibayangkan sebelumnya.
Tak ingin mengecewakan orang tuanya
Penyebab anak malas ngomong jujur ke ibunya, tidak melulu karena alasan negatif. Bisa jadi karena tak ingin mengewakan orang tuanya.
Misalnya anak menyembunyikan nilai ulangan yang tidak sesuai ekspektasi orang tua alias rendah. Alih-alih berkata apa adanya, anak malah mengatakan nilai palsu, yang tinggi, agar ibunya tersenyum bangga.
Hal ini harus menjadi perhatian orang tua. Mengatakan yang bukan sebenarnya adalah sebuah kebohongan, dan dusta adalah sifat tercela. Anak dipahamkan lagi bahwa lebih baik mengatakan kejujuran daripada kepalsuan.
I'm responsible of my communication result adalah kaidah komunikasi produktif yang relevan dengan poin ini. Apapun yang dikatakan anak, ia harus belajar memahami bahwa ia bertanggung jawab atas perkataannya. Bagaimana respon yang diterima penerima pesan jika ia mengatakan suatu hal., apakah respos tersebut positif atau sebaliknya.
Orang tua menunjukkan ketertarikan meski nilai anak rendah. Transfer semangat yang tak putus kepada anak, memotivasi terus menerus, dengan cara yang dapat diterima anak, adalah solusi agar anak leluasa ngomong jujur ke ayah dan bundanya.
Orang tua kurang punya waktu untuk mendengarkan anak
Nah, ini menjadi PR bagi para ayah dan bunda di zaman serba-hectic seperti sekarang ini. Bukan saja ibu-ibu yang berkarya di ranah publik, namun juga ibu yang berkarya dari rumahnya. Dia ada di rumah, fisiknya tidak ke mana-mana, namun disibukkan dengan gawainya, hingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk mendengarkan curhat anak.
Jangan sampai keinginan anak sudah menggebu-gebu untuk berkomunikasi dengan ibunya, lantas dimentahkan dengan alasan klise. "Sebentar ya, Kak... ini ada orderan masuk, kakak nanti aja ngomongnya ya, tunggu Bunda selesai, rekap pesanan."
Setelah selesai melayani customer online, adiknya pun menangis dan bunda beralih pula pada kesibukan mengurusi si adik. Akhirnya kakak batal ngomong jujur ke bunda. Semangatnya bagai menguap ditelan angin.
Tak ada yang salah di sini. Bunda juga pastinya tak punya niat mengesampingkan si kakak. Keadaanlah yang memicu komunikasi produktif tidak dapat diterapkan dengan baik.
Kaidah komunikasi produktif untuk hal ini adalah Choose the right time. Sepakati dengan si kakak, kapan ibu dan anak bisa ngobrol sepuasnya tanpa distraksi dari luar. Jika telah ketemu waktu yang tepat, penuhi janji, jangan ditunda lagi.
Pasang niat untuk membina hubungan komunikasi yang produktif dengan anak. Sehingga tak ada lagi alasan anak untuk malas ngomong jujur ke orang tuanya.
Demikian ulasan kami kali ini, nantikan artikel berikutnya ya, sampai jumpa! Ikuti postingan di akun Instagram @timkaizen terima kasih.
#komunikasi produktif keluarga adaptif
(mi)
Posting Komentar